Pertanyaan:
Langsung saja, kami ingin menanyakan tentang anak kami. Kami mempunyai dua orang anak, yang pertama cowok berumur 13 tahun dan baru saja masuk SMP dan yang bungsu cewek baru berumur 9 tahun dan duduk di kelas 3 SD. Sejak dulu kami mendidik anak dalam kebersamaan dan kami selalu bisa bersama-sama, makan atau bepergian, bahkan ke gereja atau berdoa keluarga selalu bersama-sama. Nonton televisi juga kami lakukan bersama, dengan acara yang disepakati bersama pula. Kebersamaan ini sudah terbina sejak anak-anak masih kecil.
Akhir-akhir ini, anak sulung kami tampaknya mulai enggan bersama-sama lagi. Ia mulai berusaha untuk menghindar bila diajak untuk bersama, baik makan malam atau menonton televisi. Yang membuat kami agak prihatin, kalau diajak pergi bersama juga kadang berusaha untuk menghindar. Memang untuk acara tertentu, seperti makan malam atau doa keluarga ia masih mau ikut, tetapi begitu selesai cepat-cepat masuk kamar dan menyendiri. Padahal dulu ia yang sangat getol untuk mengingatkan yang lain untuk selalu bersama.
Kami ingin tahu ada apa dengan anak kami, kalau ditanya ia hanya menjawab hanya ingin sendiri saja atau sedang banyak pekerjaan rumah. Padahal kami tahu ia hanya sekedar main game di komputer atau membaca buku novel saja. Kami berharap kami bisa mendapat jawaban atas persoalan ini dan apa yang perlu kami lakukan untuk membantu anak kami tersebut.
(Keluarga PeGeTe di Pedurungan).
Jawaban:
Keluarga Bapak PeGeTe yang kompak, kekompakan keluarga Bapak bisa saya rasakan lewat surat yang ditulis kepada kami – Redaksi Padma News. Saya tidak tahu yang menulis surat di atas Bapak atau Ibu, karena penulis menuliskan ‘kami’ sebagai kata ganti orang tua. Dari sini tercermin kesatuan orang tua dalam mengasuh anak dan kesatuan keluarga. Persoalan yang terjadi menjadi persoalan bersama, bukan persoalan salah satu pihak saja. Tidak mengherankan bila keluarga Bapak menjadi bingung begitu ada anggota yang mulai ‘melepaskan diri’.
Apa yang terjadi pada keluarga Bapak bukanlah sesuatu yang menyimpang, melainkan sesuatu yang sangat wajar bila kita memandangnya dari sudut pandang psikologi perkembangan. Putra Bapak mulai memasuki masa remaja dan sudah meninggalkan masa anak-anaknya. Di masa ini terjadi beberapa perubahan. Perubahan yang pertama adalah pertumbuhan fisik yang agak cepat dibandingkan masa anak-anak, sehingga tinggi badannya mengalami perubahan yang agak cepat dari pada sebelumnya. Selain itu, juga terjadi kemasakan pada organ-organ seksual, sehingga mulai muncul tanda-tanda kelamin sekunder, seperti rambut kelamin dan kumis, perubahan suara, pertumbuhan jakun dan otot-otot tubuh. Pertumbuhan semacam ini kadang membingungkan si anak, sehingga ia menjadi malu. Akibat lainya adalah emosinya kadang menjadi lebih labil dan agak mudah stres, karena bingung dan kesal atas perubahan-perubahan fisik tersebut.
Perubahan yang kedua adalah perkembangan sosial. Perkembangan sosial ini muncul dalam beberapa bentuk. Pertama, anak mulai berorientasi pada teman sebaya dan mengalihkan perhatiannya dari keluarga, sehingga ia lebih suka berkumpul dengan teman-teman sebayanya dari pada bersama keluarganya. Yang kedua, mulai muncul minat untuk berhubungan dengan lawan jenis. Di sini mulai muncul minat terhadap lawan jenis dan keinginan untuk diperhatikan oleh lawan jenisnya. Akibatnya, anak mulai memperhatikan penampilan teman-teman lawan jenis dan penampilan dirinya sendiri. Perubahan sosial juga terjadi berkaitan dengan kemandirian. Anak mulai belajar untuk lebih mandiri dan lepas dari ketergantungan orang tua. Ditambah lagi dengan munculnya kesadaran akan kebutuhan privasi. Anak juga mulai merasa bahwa ia butuh privasi, dimana ia bisa ‘menikmati’ kesendirian. Perubahan-perubahan inilah yang terutama menyebabkan terjadinya ‘perubahan’ pada putra sulung Bapak.
Perubahan yang selanjutnya adalah perubahan pada intelektualnya. Anak yang mulai memasuki masa remaja juga mengalami kemasakan intelektual yang lebih baik, sehingga sudah lebih bisa berpikir secara objektif, karena kemampuan berpikir secara kritis dan realistis sudah lebih berkembang dari pada sebelumnya. Akibatnya, kadang juga terjadi ‘pembangkangan’ terhadap pemikiran orang tua.
Dalam menghadapi perubahan-perubahan semacam ini, yang bisa Bapak sekeluarga lakukan adalah tetap menjaga sikap keterbukaan dan kebersatuan, tetapi jangan terlalu memaksa untuk bersama-sama lagi. Bapak sekeluarga juga perlu menghargai keinginannya untuk menjaga privasi dan kemandiriannya. Bapak perlu menunjukkan kesiapan untuk membantu, baik secara nyata atau melalui saran, nasehat atau informasi yang diperlukan oleh anak untuk memahami dirinya. Bapak dan Ibu juga perlu ingat bahwa makin lama anak akan makin menjauh dari orang tuanya. Seperti yang dikatakan oleh Khalil Gibran, bahwa orang tua adalah busur yang menjadi landasan/pijakan untuk meluncurnya anak panah. Oleh karena itu, Bapak dan Ibu perlu mempersiapkan diri untuk melepas anak yang makin dewasa.
Semoga informasi singkat ini dapat menjawab pertanyaan dan mengurangi keresahan Bapak dan Ibu menghadapi perubahan tingkah laku anak sulung Anda; dan semoga kebersamaan dan kekompakkan keluarga Anda tetap terjaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar